KHUTBAH JUMAT: URGENSI MENUNDUKKAN PANDANGAN
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي
نَوَّرَ قُلُوبَ أَوْلِيَائِهِ بِأَنْوَارِ الْإِيمَانِ، وَحَذَّرَ عِبَادَهُ مِنْ
فِتْنَةِ الشَّيْطَانِ، وَجَعَلَ فِي غَضِّ الْبَصَرِ طَهَارَةً لِلْقُلُوبِ
وَزَكَاةً لِلنُّفُوسِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ، الْقَائِلُ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: ﴿قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ
يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ
ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ﴾. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الَّذِي أَرْشَدَنَا إِلَىٰ كُلِّ
خَيْرٍ، وَحَذَّرَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ، فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ: "اَلْعَيْنَانِ تَزْنِيَانِ وَزِنَاهُمَا النَّظَرُ".
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.
أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا عِبَادَ اللَّهِ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّه، فَإِنَّهُ مَنِ اتَّقَاه
وَقَاهُ، وَمَنْ تَوَكّلَ عَلَيْهِ كَفَاهُ، وَمَنْ شَكَرَ لَهُ زَادَهُ
Ayyuhal Muslimun, jamaah sholat jum’at yang semoga kita
semua dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala
Pertama-tama khatib wasiatkan kepada diri pribadi
kemudian kepada jamaah sekalian untuk senantiasa
bertakwa kepada Allah, karna barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah akan
jaga dia, barangsiapa yang bertawakal kepada-Nya maka Allah akan cukupi dia,
dan barangsiapa yang bersyukur kepada-Nya maka Allah akan tambahkan nikmat-Nya
kepadanya.
Ayyuhal Muslimin,
Salah satu dosa yang saat ini sangat sulit dihindari
adalah dosa memandang atau melihat sesuatu yang haram. Dosa yang sudah dari
dulu diwanti-wanti oleh Rasulullah ﷺ:
إِنَّ النَّظْرَةَ سَهْمٌ مِنْ
سِهَامِ إِبْلِيسَ مَسْمُومٌ
“Sesungguhnya
pandangan yang diumbar adalah panah beracun dari panah-panahnya Iblis” [HR.
Thobaroni: 10362]
Jika kita renungin gambaran
yang disampaikan Rasulullah ﷺ, maka kita
dapati penggambaran ini sangat tepat, karna ketika seseorang terkena panah
biasa maka dalam beberapa hari luka karna panah tersebut biasanya telah sembuh.
Namun, ketika seseorang terkena panah beracun, lukanya mungkin telah sembuh
tapi racunnya bisa saja tekah menjalar ke seluruh tubuhnya. Maka, seperti
itulah pandangan mata yang kita lepaskan, pandangan kita kepada sesuatu yang
Allah haramkan.
Ayyuhal muslimun,
Dosa ini terasa lebih sulit
kita hindari di zaman sekarang, di zaman yang mana akses menuju dosa sangat
mudah untuk didapatkan. Sesuatu yang dulu kita harus melangkahkan kaki, menempuh
jarak yang mungkin cukup jauh, kini semua telah berada dalam genggaman. Sesuatu
yang dulu hanya terdapat di negara-negara non-muslim, kini telah masuk ke
negara-negara kaum muslimin. Sesuatu yang dulu hanya terdapat di pusat-pusat
kota kini sudah tampak di pelosok-pelosok desa.
Sesuatu yang dulunya tertutup
dan malu untuk ditampakkan, kini terbuka dan dan tak sungkan untuk ditampilkan.
Sesuatu yang dulu dihindari oleh para wanita karna tidak sesuai dengan ajaran
agama dan standar kesopanan Masyarakat, kini telah ramai mereka lakukan, karna
agama bukan lagi pertimbangan dan standar kesopanan telah mengalami perubahan.
Standar kecantikan tidak lagi dinilai dari akhlak dan pandainya wanita menutup
diri, tapi dinilai dengan seberapa pandai dia menarik perhatian lawan jenis,
baik melalui pakaian yang terbuka, gerakan menggoda ataupun suara yang dibuat
manja.
Di zaman ini, laki-laki yang
menundukkan pandangan dan perempuan yang menjaga auratnya adalah hal langka
yang sangat sulit ditemukan, karna memang menjalankan syariat islam di zaman
yang mana islam terasa asing adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Rasulullah
ﷺ bersabda:
الْمُتَمَسِّكُ يَوْمَئِذٍ
بِدِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ
“Orang yang berpegang teguh pada agamanya pada hari
tersebut seperti seseorang yang mengenggam bara api” [HR. Ahmad:
8713]
Ayyuhal Muslimun,
Menundukkan pandangan dari sesuatu yang haram adalah
kewajiban atas muslim dan Muslimah, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا
مِنْ أَبْصارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذلِكَ أَزْكى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِما يَصْنَعُونَ (30) وقُلْ لِلْمُؤْمِناتِ يَغْضُضْنَ مِنْ
أَبْصارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ. . .
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman agar mereka
menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka, yang demikian itu
lebih suci bagi mereka, sungguh Allah Maha Mengetahui atas apa yang mereka
perbuat (30)
dan katakan kepada perempuan-perempuan yang beriman agar mereka menundukkan
pandangan dan menjaga kemaluan . . .” [QS. An-Nur: 30]
Berkata Imam Al-Qurthubi rahimahullah: “Pandangan adalah
gerbang terbesar menuju hati, dan merupakan jalan yang paling ramai (paling
sering dilalui) untuk sampai kepadanya. Oleh karena itu, kejatuhan (manusia ke
dalam dosa) paling banyak terjadi melaluinya. Maka, wajib untuk waspada dari
bahayanya. Dan menundukkan pandangan itu hukumnya wajib dari semua yang
diharamkan dan dari segala sesuatu yang dikhawatirkan dapat menimbulkan fitnah
karenanya.”[1]
Pandangan yang diumbar merupakan zina bagi mata, dan bisa
menggiring kita menuju zina yang sebenarnya. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ
آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا، أَدْرَكَ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَزِنَا الْعَيْنِ
النَّظَرُ، وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ، وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي،
وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ وَيُكَذِّبُهُ
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas setiap anak cucu Adam
bagiannya dari zina, dia akan lakukan dan tidak bisa dihindari, maka zinanya
mata adalah dengan melihat, zinanya lisan dengan ucapan, sedangkan jiwa
berkhayal dan berhasrat dan kemaluan
membenarkan atau mendustakan” [HR. Bukhori: 6612 dan Muslim: 2657]
Ketika kemaluannya telah membenarkan dengan melakukan
zina yang sebenarnya maka kecelakaanlah bagi dirinya, karna dia telah melakukan
dosa yang konsekuensinya sangat berat, cambukkan seratus kali dan pengasingan
satu tahun bagi yang belum menikah dan dirajam bagi yang telah menikah yaitu
dilempari dengan batu sampai wafat. Jika hukuman dunia bagi pelaku zina setelah
terpenuhi syarat-syarat penegakkan hukuman seberat itu, lantas seberat apa
hukuman bagi mereka yang telah melalukan zina kemudian wafat dan belum
bertaubat? Kita memohon kepada Allah perlindungan dan ampunan.
Ayyuhal Muslimun
Terus memandang yang haram membuat hati kita menjadi
gelap. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ
خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، فَإِذَا هُوَ نَزَعَ
وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ، وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى
تَعْلُوَ قَلْبَهُ، وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ{كَلَّا بَلْ رَانَ
عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ}
“Seorang hamba apabila melakukan suatu
kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam dan apabila ia
meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan dan
apabila ia kembali maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutup
hatinya, dan itulah yang diistilahkan "Ar Raan" yang Allah sebutkan:
{kallaa bal raana 'alaa quluubihim maa kaanuu yaksibuun} (Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka) (QS. Al Muthaffifin: 14).” [HR. Tirmidzi:
3257]
Sedikit demi sedikit pandangan yang haram menghilangkan
manisnya iman di dalam hati kita, sedikit demi sedikit menghilangkan rasa penganggungan
kita kepada Allah dan syariat-syariat-Nya, sedikit demi sedikit menghilangkan
rasa takut kita kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, sehingga kita hanya takut berbuat dosa di keramaian karna akan diketahui
oleh makhluk-Nya dan tidak takut berbuat dosa ketika sendiri karna hanya Allah
yang melihat kita.
Padahal dosa tatkala sendiri sangat mengerikan
ancamannya. Dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Tsauban radhiallahu anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ
أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ
بِيْضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا. قَالَ ثَوْبَانُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لَا نَكُونَ مِنْهُمْ
وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ. قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ
وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا
خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
"Sungguh aku telah mengetahui bahwa ada suatu kaum dari
ummatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa kebaikan sebesar gunung
Tihamah yang putih, lantas Allah menjadikannya debu yang beterbangan."
Tsauban berkata: "Wahai Rasulullah, sebutkanlah
ciri-ciri mereka kepada kami, dan jelaskanlah tentang mereka kepada kami,
supaya kami tidak menjadi seperti mereka sementara kami tidak
mengetahuinya."
Beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka adalah
saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam
sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika
bersendirian dengan apa yang diharamkan Allah, maka mereka mereka
mengerjakannya." [HR. Ibnu Majah 4232]
Ayyuhal Muslimun,
Ketahuilah! bahwa keharaman yang kita lihat dengan mata
kita, seringnya bukan keadaan yang sebenarnya, seringnya hal tersebut telah
diperindah oleh setan. Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا
خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan
memperindahnya di mata laki-laki” [HR. Tirmidzi: 1173]
Berkata Imam Al-Buhuti rahimahullah: “Hendaknya seseorang
yang berakal berhati-hati dari mengumbar pandangan; karna sering kali mata
melihat sesuatu yang tidak dapat digapainya dengan tampilan yang bukan
sebenarnya, dan bisa jadi dari situlah timbul cinta buta (isyq) yang
menyebabkan rusak raga dan agamanya”[2]. Bukankah sangat akrab di telinga kita
sebuah pepatah: “rumput tetangga lebih hijau”?. Bisa jadi yang menyebabkan
sesuatu itu lebih hijuah atau lebih indah bukan karna sesuatu itu benar-benar
lebih hijau atau lebih indah, hanya saja karna sesuatu tersebut bukan milik
kita.
Semoga dengan ayat-ayat, hadits-hadits, dan perkataan-perkataan
ulama yang telah disebutkan dapat membuat kita lebih semangat dan kuat dalam
menundukkan pandangan, demi menjaga iman dan kehormatan kita.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ،
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى
إِحْسَانِهِ، وَالشُكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامِتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَاعِيْ إِلَى رِضْوَانِهِ
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالْجُلُوسَ عَلَى
الطُّرُقَاتِ، فَقَالُوا: مَا لَنَا بُدٌّ، إِنَّمَا هِيَ مَجَالِسُنَا
نَتَحَدَّثُ فِيهَا، قَالَ: فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلَّا الْمَجَالِسَ، فَأَعْطُوا
الطَّرِيقَ حَقَّهَا، قَالُوا: وَمَا حَقُّ الطَّرِيقِ؟ قَالَ: غَضُّ الْبَصَرِ،
وَكَفُّ الْأَذَى، وَرَدُّ السَّلَامِ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ، وَنَهْيٌ عَنِ
الْمُنْكَرِ
“Hindarilah oleh kalian duduk-duduk di pinggir jalan!" Para
sahabat bertanya: “Bagaimana kalau kami butuh untuk duduk-duduk di situ
memperbincangkan hal yang memang perlu?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Jika memang perlu kalian duduk-duduk di situ, maka berikanlah
kepada jalan haknya.” Mereka bertanya: “Apa haknya ya Rasulullah?” beliau
menjawab: 'Tundukkan pandangan, jangan mengganggu, menjawab salam (orang
lewat), menganjurkan kebaikan, dan mencegah keburukan” [HR.
Bukhori: 2460 dan Muslim: 2121]
Ayyuhal muslimun,
Salah satu hikmah di balik larangan Rasulullah ﷺ dari duduk-duduk di pinggir jalan adalah menjaga pandangan dari
hal-hal yang diharamkan, seperti aurat wanita dan semisalnya. Padahal, kita
tahu bahwa kondisi pakaian pada zaman itu tentu tidak seterbuka seperti yang
kita saksikan di zaman sekarang. Jika demikian keadaannya, maka sudah
semestinya perintah untuk menundukkan pandangan (ghadul bashar)
menjadi jauh lebih berat dan lebih ditekankan bagi kita di zaman ini.
Kewajiban ini tidak hanya berlaku di tempat umum, tetapi
juga saat kita berselancar di dunia maya dan media sosial, di mana fitnah
tersebar lebih luas. Terlebih lagi, aktivitas di dunia maya sering dilakukan
dalam kesendirian, jauh dari pengawasan manusia. Kondisi inilah yang membuat
godaan untuk melihat hal-hal yang diharamkan menjadi jauh lebih besar. Semoga
Allah senantiasa melindungi kita dan memberikan kita kekuatan untuk menjaga
pandangan.
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ
أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى
نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ، فَقَالَ تَعَالَى: "إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ
يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا". اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ
حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ إِنَّا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى، اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا،
وَحَصِّنْ فُرُوجَنَا، وَأَعِنَّا عَلَى غَضِّ أَبْصَارِنَا
اللَّهُمَّ احْفَظْ
أَوْلَادَنَا وَنِسَاءَنَا وَشَبَابَنَا مِنَ الْفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا
بَطَنَ. اللَّهُمَّ احْفَظْ بَلَدَنَا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ مِنَ
الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَبَطَنَ.
اللَّهُمَّ وَفِّقْ وُلَاةَ
أُمُورِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِنَوَاصِيهِمْ لِلْبِرِّ
وَالتَّقْوَى.
عِبَادَ اللَّهِ، "إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ
وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ". فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ
عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.
__________________________
[1] Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an karya Al-Qurthubi (12/223)
[2] Kasyaful Qina’ ‘an Matnil Iqna’ karya Al-Buhuti
(11/150)
Ditulis: Ilham Pratama
Posting Komentar untuk "Khutbah Jumat: Bahaya Mengumbar Pandangan"