Takbir Pada Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Dzikir berupa takbir,
tasbih dan doa merupakan amalan shalih yang disyariatkan pada seluruh waktu dan
setiap keadaan, kecuali keadaan yang dilarang.[1]
Allah jalla jalaaluh berfirman:
فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ قِيَـٰمًۭا وَقُعُودًۭا وَعَلَىٰ
جُنُوبِكُمْ
"Ingatlah Allah
di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring." (QS. an-Nisaa: 103) Imam Ibnu Katsir rahimahullah
berkata: "Yaitu pada seluruh keadaan."[2]
Ibnu Abbas
radhiyallahu anhu mengatakan: "Dibenci berdzikir kepada Allah jalla
jalaaluh sedangkan dia sedang buang hajat atau sedang bersenggama dengan
isterinya. Allah itu Maha Mulia, harus dimuliakan."[3]
Imam Ibnul Qoyyim
rahimahullah berkata: "Akan tetapi disyariatkan berdzikir sebelum dan
sesudah buang hajat. Demikian pula disyariatkan ketika akan bersenggama. Bukan
ketika buang hajat atau ketika bersenggama."[4]
A. Jenis-jenis Takbir
Berhubungan dengan
takbir pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah terdapat dua jenis takbir:
Pertama: Takbir Muthlaq
Maksudnya adalah
takbir yang disyariatkan di setiap waktu, baik malam atau siang dan di setiap
keadaan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
ما مِن أيّامٍ أعظَمُ عِندَ اللهِ ولا أحَبُّ إليه مِن
العَمَلِ فيهنَّ مِن هذه الأيّامِ العَشرِ، فأكثِروا فيهنَّ مِن التَّهليلِ
والتَّكبيرِ والتَّحميدِ
"Tidak ada satu
haripun yang lebih agung dan dicintai Allah beramal pada hari tersebut daripada
sepuluh hari ini, maka perbanyaklah tahlil, takbir dan tahmid pada hari-hari
tersebut."[5]
Diriwayatkan bahwa Ibnu
Umar radhiyallahu anhu beliau bertakbir di dalam tendanya di Mina. Suara beliau
di dengar oleh orang yang ada di masjid, lalu mereka ikut bertakbir. Demikian
juga orang yang berada di pasarpun bertakbir sehingga Mina dipenuhi dengan
suara takbir.[6]
Kedua: Takbir Muqayyad
Yaitu takbir yang
disyariatkan pada waktu tertentunya saja. Pada hari Idul Adha, menurut pendapat
yang lebih mendekati kebenaran[7]
takbir muqayyad ini dimulai sejak fajar hari Arafah sampai Ashar hari tasyriq.
Imam Ahmad
rahimahullah pernah ditanya: "Dengan hadits apa engkau berpendapat bahwa
takbir itu dimulai sejak shalat Fajar hari Arafah hingga Ashar hari tasyriq?
Imam Ahmad rahimahullah menjawab: "Dengan ijma': Umar, Ali, Ibnu Abbas,
dan Ibnu Mas'ud."[8]
Imam Ibnu Qudamah
rahimahullah mengatakan: "al-Qadhi rahimahullah berkata: "Takbir pada
hari raya kurban (Idul Adha) ada yang mutlaq dan ada yang muqayyad. Takbir
muqayyad dilakukan setelah shalat dan takbir mutlaq dilakukan di setiap
keadaan, di pasar-pasar dari setiap waktu."[9]
Baca juga: BacaanTakbir Idul Adha Yang Benar
B. Bacaan Takbir
Tidak ada sifat takbir
yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Hanya saja terdapat
beberapa riwayat dari sahabat. Diantaranya dari Abdullah bin Mas'ud
radhiyallahu anhu:
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا
اللّٰهُ، وَاللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Inilah yang lebih
masyhur yaitu membaca lafadz Allahu Akbar sebanyak dua kali, sekalipun shahih
pula membacanya sebanyak tiga kali.[10]
Dari Ibnu Abbas
radhiyallahu anhu:
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ،
وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ وَأَجَلُّ، اللّٰهُ أَكْبَرُ عَلَىٰ مَا
هَدَانَا
Dari Salman Al-Khair
radhiyallahu anhu:
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ
كَبِيرًا
Imam ash-Shan'ani
rahimahullah menegaskan: "Dalam kitab-kitab syarah hadits terdapat banyak
bacaan takbir dan dianggap baik oleh sejumlah ulama. Hal ini menunjukkan
kemudahan dalam perkara ini dan kemutlakan ayat menunjukkan hal tersebut."[11]
C. Tempat Takbir
Pada sepuluh hari
pertama bulan Dzulhijjah ini takbir hendaknya dilakukan di pasar-pasar,
rumah-rumah, jalanan, masjid-masjid dan tempat berkumpulnya orang, untuk
menampakkan syiar Islam dan mencontoh generasi salaf ummat ini. Untuk hari
raya, lebih ditekankan lagi ketika keluar untuk shalat Idul Adha.
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah mengatakan: "Pendapat yang terkuat dalam masalah
takbir yang menjadi amalan mayoritas salaf dan ahli fikih dari kalangan sahabat
dan para Imam adalah bertakbir dari fajar hari Arafah sampai akhir hari Tasyriq.
Disyariatkan bagi setiap orang untuk mengeraskan takbirnya ketika keluar untuk
shalat ied, dan inilah kesepakatan empat imam madzhab. Adapun takbir pada idhul
fitri dimulai dari melihat hilal dan bertakbir dengan selesainya shalat ied.
Yaitu selesainya imam dari khutbah menurut pendapat yang benar."[12]
D. Larangan Dalam
Takbir
Yang sesuai sunnah,
setiap orang bertakbir sendiri-sendir tidak dengan berjama'ah yang semuanya
melafazhkan takbir dengan satu suara, atau satu orang takbir kemudian diikuti
oleh yang lainnya. Perbuatan semacam ini tidak pernah dikerjakan oleh para
salaf, maka hendaklah kita mencukupkan diri dengan takbir masing-masing.
Syaikh al-Albani
rahimahullah berkata: "Perlu saya sampaikan pada kesempatan kali ini bahwa
mengeraskan takbir di sini tidak disyariatkannya secara bersama-sama dengan
satu suara (dikomando) sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang. Demikian pula
setiap dzikir yang disyariatkan dengan suara keras atau lirih, maka tidak boleh
secara jama'i (bersama-sama) dengan satu suara. Hendaknya kita berwaspada akan
hal tersebut dan selalu kita ingat bahwa sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Muhammad."[13][14]
[1] Zakaria Ghulam Qadir al-Bakistani, Ahkam
al-Adzkar hal. 8
[2] Tafsir Ibnu Katsir 1/521
[3] HR. Ibnu Abi Syaibah 1220
[4] Ibnul Qoyyim, al-Wabilus Shoib hal. 82
[5] HR. Ahmad 7/224. Sanad hadits ini bagus
sebagaimana dikatakan oleh Imam al-Mundziri dalam at-Targhib wa at-Tarhib
2/224. Lihat pula al-Irwa 3/398
[6] HR. Bukhari secara mu'allaq 2/25.
Al-Hafizh Ibnu Hajar menegaskan bahwa hadits ini sanadnya bersambung sampai
Ibnu Umar, lihat Fathul Bari 2/462
[7] Dikuatkan oleh Syaikhul Islam dalam Majmu
Fatawa 24/220, Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 2/462. Imam Ibnu Katsir berkata:
Ini adalah pendapat yang masyhur dan selayaknya diamalkan. (Tafsir Ibnu Katsir
1/358)
[8] Ibnu Qudamah, al-Mughni 3/289, al-Albani,
al-Irwa 3/125
[9] Al-Mughni 3/256
[10] Al-Albani, Irwaul Ghalil 3/125-126 dan
Tamamul Minnah hal. 356
[11] Subulus Salaam 2/125
[12] Majmu' Fatawa 24/220-221
[13] Silsilah al-Hadits as-Shahihah 1/121.
[14] Disalin dari buku Mendulang Pahala
di Bulan Dzulhijjah karya Abu Aniisah Syahrul Fatwa bin Lukman, Cet ke-1
Dzulqo’dah 1437 H, Pustaka Al-Furqon.
Posting Komentar untuk "Takbir Pada 10 Hari Pertama Dzulhijjah"